HASIL PEMBELAJARAN MK. MANAJEMEN PELATIHAN KPM 61 H
Perencanaan Program Diklat
Oleh:
Rikhlata (I31110071)
Bogor
2 ferbuari 2012
A. PENDAHULUAN
Sumberdaya
manusia memegang peranan penting dan merupakan kunci pokok dalam meningkatkan produktivitas suatu
perusahaan. Maka dari itu sumber daya manusia harus digunakan dengan
sebaik-baiknya dan dikembangkan kemampuannya agar hasil kerjanya produktif.
Sebab produktif tidaknya pekerjaan seseorang dapat dilihat dari hasil kerjanya
baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Sumber daya manusia dapat menunjang
terhadap peningkatan produktivitas suatu perusahaan ataupun sebaliknya, yaitu
menjatuhkan produktivitas (Notoatmojo, 2003)
Dalam
organisasi, inovasi tidak saja diartikan dengan perbaikan sarana prasarana,
pembelian alat baru, namun juga dalam arti perbaikan manajemen pelatihan,
peningkatan analisa sistem dan prosedur supaya lebih simpel dengan biaya
rendah, inovasi dalam penyelesaian alur pekerjaan yang lebih transparan, dan
sebagainya. Inovasi menjadi sebuah kebutuhan organisasi yang ingin berkembang
dan berlanjut (suistainibilty).
Keputusan
untuk menyelenggarakan pelatihan harus berdasar pada data yang valid, yang
dihimpun melalui penilaian kebutuhan-kebutuhan. Penilaian ini mendiagnosis
masalah-masalah yang dihadapi oleh pegawai/organisasi dan tantangan ke depan
demi pengembangan organisasi.
Pelatihan
merupakan proses pembelajaran yang mengarah pada perubahan perilaku sesuai dengan tujuan pelatihan. Pembelajaran akan diadopsi dari
pengalaman yang dialami pegawai pada program pelatihan baik secara konsep
maupun praktik.
Pada
topik perencanaan program pelatihan ini akan dibahas tentang pengumpulan data dan informasi diskrepansi
kinerja. Selanjutnya berdasarkan
identifikasi diskrepansi kinerja tersebut dilakukan perumusan tujuan
perubahan perilaku atau tujuan pelatihan, dan berikutnya adalah tentang
perencanaan pelatihan atau lebih spesifik dapat dikatakan sebagai persiapan
pelatihan.
Dengan
demikian pembahasan materi Analisis
Jabatan telah dibahas perlunya dilakukan sejumlah pengumpulan data dan
informasi tentang diskrepasi kerja, seperti:
1) Identifikasi
tugas utama atau fungsi jabatan.
2) Identifikasi
ukuran kinerja untuk menyelesaikan tugas.
3) Identifikasi
tugas rutin.
4) Identifikasi
kondisi pelaksanaan tugas rutin yang dilakukan.
5) Menetapkan
apakah pekerja melakukan setiap tugas sesuai ukuran kerja yang ditetapkan.
6) Jika
tidak memuaskan, dicari ketidaksesuaian kerja.
7) Nyatakan
alasan ketidaksesuaian kerja.
8) Putuskan
apakah ketidaksesuaian dapat diatasi melalui pelatihan.
Data-data
yang terkumpul tersebut akan dijadikan landasan dalam melakukan kegiatan
selanjutnya yaitu menyusun perencanaan program diklat. Penyusunan perencanaan
diklat merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan secara hati-hati.
Kegiatan perencanaan program diklat diantaranya adalah menetapkan tujuan
perilaku dan merencanakan pengelolaan peserta, sarana dan prasarana, serta
pelaksana pelatihan. Berikut ini akan dituliskan tentang materi pembahasan
tentang kedua materi tersebut yang telah dilakukan pada hari Sabtu tanggal 7
Maret 2012, serta hasil pembelajaran yang diperoleh selama proses diskusi.
B.
MATERI
YANG TELAH DISAMPAIKAN
1. Perencanaan Program Diklat
a. Tujuan Perilaku
o
Tujuan kinerja atau Tujuan Berbasis
Kriteria
o
Menggambarkan apa yang dapat dilakukan
peserta pada akhir pelatihan
b. Mengapa Menggunakan Tujuan Perilaku
o
Action oriented
o
People oriented
o
Responsibilty orented
c. Bagaimana Menuliskan Tujuan
Perilaku?
o
Menyatakan perilaku apa yang diinginkan
sebagai outcome pelatihan
o
Outcome pelatihan yang terukur dan dapat
diamati.
o
Peserta harus menjadi subjek kalimatà terkait tindakan peserta pelatihan.
d. Karakteristik Tujuan Perilaku
o
Fokus pada Tujuan Pelatihan
o
Mempunyai Action Verb
o
Peserta harus
menjadi subjek kalimat
e. Tujuan
Perilaku dapat Membantu
o
Memfasilitasi desain dan pengembangan
instruksional dengan arah tujuan yang jelas
o
Memfasilitasi tahapan pengembangan
kurikulum, menghilangkan gap & tumpang tindih.
o
Meningkatkan komunikasi lebih efisien
antara pelatih, administrator, peneliti, dan peserta.
o
Memperjelas apa yang benar2 dipelajari
pesertaà pemilihan
tujuan yang paling penting.
o
Memungkinkan instruksi untuk dievaluasi
dan ditingkatkan.
o
Meningkatkan instruksi individual
melalui evaluasi kemajuan masing2 peserta.
o
Peserta lebih efisien pembelajarannya,
ketika tahu yang diharapkan.
o
Mengurangi waktu terbuang ketika peserta
sudah bisa mencapai semua atau beberapa tujuan sebelum pelatihan dimulai.
o
Menerapkan filosofi tanggung jawab
pelatih untuk membantu peserta menguasai tujuan.
o
Memfasilitasi penelitian dalam pelatihan
- memajukan teknologi instruksional.
o
Meningkatkan peran baru bagi pelatih :
perancang instruksional, manajer & spesialis
f. Manfaat Menuliskan Tujuan perilaku
dengan Jelas :
o
Peserta mengetahui apa yang harus
dilakukan agar berhasil menyelesaikan pelatihan
o
Semua instruktur dapat menentukan apakah
tahapan instruksionalnya telah tepat
g.
Kata
Kerja dalam Tujuan Perilaku
o
Melakukan
o
Menceritakan
o
Menulis
o
Menggambarkan
o
Membuat daftar
o
Berjalan
o
Berlari
o
Menjelaskan
o
Mendemonstrasikan
o
Menunjukkan
o
Menjawab
o
Memilih
o
Mengorganisasikan
o
Melakukan
o
Menggambar
h.
Kata
Kerja yang Samar
o
Mengetahui
o
Memahami
o
Menghargai
o
Mempunyai
o
Mengerti
o
Menyadari
o
Merasakan
o
Meyakini
i.
Contoh
Tujuan Perilaku
o
Peserta akan mampu melakukan pekerjaan lapang KB menggunakan teknik
pendidikan penyuluhan seperti dalam manual (TUJUAN PERILAKU)
o
Peserta berpeluang melakukan praktek dalam melakukan pekerjaan
lapang sesuai dengan teori yang dijelaskan di kelas (BUKAN TUJUAN PERILAKU)
o
Peserta akan mampu memahami penyebab masalah penduduk (BUKAN TUJUAN
PERILAKU)
o
Peserta akan mampu membuat daftar
penyebab utama masalah penduduk seperti diberikan dalam kelas (TUJUAN PERILAKU)
- Perencanaan
pengelolaan peserta, sarana dan prasarana, serta pelaksana pelatihan
Jika kita menjabarkan
pelatihan, maka pelatihan
itu merupakan urutan dari beberapa sesi
pelatihan yang dirancang untuk mencapai tujuan dari pelatihan itu sendiri dan
setiap sesi terdiri dari beberapa aktivitas.
Sementara pada setiap aktivitas
dapat dijabarkan dalam aspek sebagai berikut :
o
Waktu dan durasi sesi
o
Bentuk aktivitas
o
Jumlah Trainer
o
Peralatan dan material
Atas dasar semua aspek
inilah kita dapat menyusun perencanaan tentang pengelolaan peserta, sarana,
prasarana dan pelaksana pelatihan yang dimaksud.
a.
Session
plan (Bray, 2009)
Sebelum
dapat menyusun perlu kita peroleh terlebih dahulu rancangan untuk kesemua sesi
yang kita laksanakan dalam pelatihan, kita sebut session plan. Dari session plan dapat ditarik kesimpulan
apa saja yang diperlukan untuk keseluruhan aktivitas dalam pelatihan.
o
Time & Duration. Menjelaskan
tentang kapan sesi tersebut akan dimulai dan berjalan berapa lama.
o
Objectives. Sasaran
pembelajaran yang dicapai dalam sesi tersebut.
o
Activities. Bentuk
kegiatan apa saja yang dilaksanakan pada sesi tersebut.
o
Trainer. Jumlah
trainer (pelaksana) yang terlibat. Bisa juga menyebutkan nama penanggung
jawabnya.
o
Equipment / Material. Peralatan
dan material apa yang diperlukan untuk sesi tersebut.
Contoh
Penerapan Session Plan
Time/ Duration
|
Objectives
|
Activities
|
Trainer
|
Equipment
/ Material
|
Pk. 9.00
45
menit
|
Mengarahkan peserta ke masalah komunikasi
|
n
Games “Komunikasi”
n
Diskusi
|
1
orang
|
n
Properti games
n
Whiteboard & Spidol
n
Kertas A4 & alat tulis
|
b.
Waktu
/ Durasi (Bray, 2009)
Jumlah Sesi
Satu
aspek yang perlu diperhitungkan dalam menentukan jumlah waktu adalah jumlah
sesi yang diselenggarakan dalam suatu pelatihan. Jumlah sesi ini pun menentukan
perpindahan perangkat, penyediaan material, jumlah trainer dan narasumber, dan
sebagainya.
Durasi
Durasi
di sini adalah jumlah waktu yang dipergunakan dalam proses pelatihan, dalam
persoalan waktu, semuanya bisa dikondsikan dengan materi atau proses pelatihan
yang akan dilakasanakan sesuai efektifitas pelatihan.
Awal dan Akhir
Penentuan
waktu awal kegiatan dan akhir kegiatan, menentukan bagaimana kondisi peserta
itu sendiri. Misalnya, jika pelatihan dilaksanakan setelah jam kantor, maka ada
kemungkinan peserta tengah mengalami kelelahan sehingga menentukan bagaimana
pelaksanaan pelatihan di mulai, dan seterusnya.
c.
Peserta
Karakteristik
Peserta
Karakteristik
bisa dijabarkan secara demografis, prasyarat yang harus dipenuhi peserta, dan
kedudukan jabatan. Karakteristik ini menentukan lingkup dari kegiatan pelatihan
yang dilakukan, spesifik pada karakteristik peserta tertentu atau dibuka untuk
khalayak yang lebih umum. (Rose, 2009)
Jumlah
Hal
yang perlu ditentukan sebelumnya adalah target populasi orang yang menerima
training dan jumlah maksimum peserta dalam 1 kali pelatihan. Hal ini penting untuk menentukan
anggaran, rencana pelatihan, akomodasi dan sebagainya. (Bray, 2009)
d.
Tempat
Indoor / Outdoor
Umumnya
pelatihan dilakukan indoor. Namun untuk bentuk-bentuk kegiatan tertentu dapat
dilakukan outdoor (seperti studi lapangan, permainan, dsb.)
Ukuran / Jumlah
Ruang
Ukuran
bergantung jumlah peserta dan bentuk interaksi trainer dan peserta. Jika
trainer butuh keleluasaan berinteraksi dengan peserta, maka perlu ruang gerak
yang besar. Ada beberapa pelatihan membutuhkan ruangan tambahan untuk kegiatan
kelompok, agar antara satu kelompok dengan kelompok yang lain tidak saling
berinteraksi.
Kondisi Tempat
Ada
beberapa hal yang mendukung kenyamanan peserta dalam mengikuti kegiatan
pelatihan, sebagai contoh pencahayaan yang cukup (pencahayaan dari luar atau
dari dalam), penggunaan AC, atau jarak dengan restroom terdekat.
e.
Layout
Layout
ditentukan oleh jumlah peserta dan bentuk interaksi antara trainer dan peserta
yang akan dilakukan, yang digambarkan oleh bentuk kegiatan yang akan dilakukan
(ceramah, games, simulasi, atau aktivitas kelompok). (Furjanic, 2000)
Macam-macam
peralatan yang biasa dipakai dalam pelatihan (Furjanic, 2000):
o
Overhead Projection
o
Flipchart Stand
o
Microphone / Sound System
o
TV / VCR
o
Podium
o
Personal Computer (PC) / Notebook
o
LCD Projection dan Slide Projection
o
Facilitator Table, etc.
g.
Material
Bentuk-bentuk
material yang dibutuhkan dalam pelatihan (Furjanic, 2000):
o
Fotokopi transparansi/ slide /
powerpoint
o
Flipchart
o
Properti ice breaking
o
Properti kegiatan kelompok
o
Properti simulasi
o
Tanda peserta (nama)
o
Masking tape / push pins
o
Handouts lain
h.
Refreshment
Bila
diperlukan refreshment (konsumsi) perlu disediakan, mengingat durasi yang
panjang dari kegiatan pelatihan yang dimaksud. Bentuk refreshment yang lazim
adalah :
o
Sarapan
o
Makan Siang
o
Makan Malam
o
Break Pagi (sekitar jam 10 pagi)
o
Break Sore (sekitar jam 3 sore)
i.
Pelaksana
Susunan
dan struktur pelaksana bergantung pada bentuk dan cakupan pelatihan itu
sendiri. Sebagai contoh kasus, struktur pelaksana yang dijalankan di lingkungan
suatu balai pelatihan pemerintah adalah sebagai berikut (Depsos, 2006):
o
Pengarah (sponsorship),
dipegang oleh Kepala Balai
o
Narasumber
( pemilik “topik” atau “materi” yang disampaikan), dipegang oleh Sekretasis
Ditjend, Pejabat terkait dengan materi
o
Penanggungjawab (pemilik
kegiatan), dipegang oleh Kepala Bidang Pelatihan
o
Ketua
Pelaksana, dipegang oleh Kepala Seksi Perencanaan Program dan
Evaluasi Pelatihan
o
Asisten
Administrasi,
dipegang oleh Kepala Seksi Pelatihan Keterampilan Umum
o
Asisten
Akademik, dipegang oleh Pekerja Sosial Madya pada Seksi
Perencanaan Program dan Evaluais Pelatihan
o
Staf
Sekretariat, dipegang oleh Pekerja Sosial Pelaksana
lanjutan pada Seksi Pelatihan Keterampilan Umum
C. HASIL PEMBELAJARAN
Dari
hasil diskusi yang telah dilakukan, ada beberapa hasil pembelajaran yang dapat
diambil. Berikut adalah uraian tentang hasil pembelajaran tersebut.
- Pada
penetapan tujuan perilaku harus mencakup tujuan perubahan perilaku
(pengetahuan, sikap dan ketrampilan). Tujuan perubahan perilaku yang
ditetapkan hendaknya dilakukan secara proporsional di antara ke tiga aspek
perilaku tersebut (pengetahuan, sikap, dan keterampilan). Penetapan tujuan
perilaku secara proporsional tersebut dilakukan berdasarkan kebutuhan atau
berdasarkan hasil need assesment yang dilakukan. Bisa jadi aspek pengetahuan
hanya mendapatkan bagian sedikit saja sedangkan aspek sikap dan
ketrampilan memiliki bagian yang lebih besar, tergantung keadaan peserta
pelatihan.
- Sudah
seharusnya selalu diupayakan bahwa tujuan perilaku dari suatu kegiatan
pelatihan dapat dicapai. Semua rangkaian kegiatan pelatihan harus dapat
diselesaikan dengan proses yang baik, tepat waktu, semua materi
tersampaikan sehingga semua tujuan pelatihan dapat dicapai. Ada beberapa
trik untuk menghindari tidak tercapainya tujuan pelatihan, seperti:
a. Harus
ada perencanaan untuk mengantisipasi pelaksanaan kegiatan pelatihan yang
kemungkinan akan memakan waktu yang lebih banyak atau lebih sedikit. Pada awal
pelatihan akan di mulai, hendaknya disampaikan kepada peserta apa yang menjadi
tujuan perilaku kegiatan pelatihan dan bagaimana cara mencapainya. Sampaikan
juga bahwa tercapainya tujuan perilaku kegiatan pelatihan ini sangat tergantung
bagaimana sikap peserta pelatihan selama berproses. Partisipasi aktif dan
disiplin perserta dapat membantu keberhasilan pencapaian tujuan perilaku
pelatihan.
b. Harus
ada perencanaan kegiatan monitoring dan evaluasi yang dapat menilai sejauhmana
terjadi perubahan perilaku tersebut, atau dapat mencapai output dan outcome
pelatihan. Jadi tujuan perilaku tidak saja diukur pada saat pelatihan
dilaksanakan atau pada saat sesi kegiatan pelatihan berakhir, namun juga dapat
dimonitor dan dievaluasi pada saat peserta pelatihan sudah kembali ke tempat
kerja masing-masing. Selain pre-test dan post-test yang dilakukan selama
kegiatan pelatihan berlangsung, sesi rencana iindak lanjut (RTL) menjadi begitu
penting untuk dijadikan pedoman monitor dan evaluasi setelah peserta pelatihan
kembali ke tempat kerja masing-masing.
Sebagai
contoh, pada pelatihan tentang dasar-dasar manajemen tentunya tujuan perilaku
yang ingin dicapai adalah siapa yang bertanggung jawab atau siapa yang dapat
melakukan apa setelah mengikuti kegiatan pelatihan dasar-dasar manajemen
tersebut. Disini jelas bahwa tujuan perilaku dari suatu kegiatan pelatihan
menjadi sangat penting untuk direncanakan bagaimana cara mencapainya dan harus
dapat diukur pencapaiannya.
- Harus
diperhatikan, dipertimbangkan dengan seksama dan tepat bagaimana memilih
layout ruangan yang kondusif, dan peralatan yang dgunakan selama
proses pelatihan, yang dapat
meningkatkan partisipasi aktif peserta, serta dapat meningkatkan
partisipasi aktif peserta dalam berproses, dan meningkatkan interaksi
dalam berkomunikasi antara sesama peserta dan antara pelatih dan peserta.
Jadi, sebaiknya dihindari penggunaan peralatan yang dominan sangat
tergantung dengan electricity. Eye
contact atau face to face
communication menjadi sangat penting dilakukan untuk meningkatkan
efektifitas komunikasi yang terjadi.
- Keberhasilan
pencapaian tujuan perilaku suatu kegiatan pelatihan sangat ditentukan oleh
karakteristik peserta pelatihan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengidentifikasian motivasi peserta untuk ikut pelatihan. Namun, tidak
hanya motivasi peserta pelatihan saja yang penting, tetapi motivasi
pelatih juga sangat penting dan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
perilaku. Bagaimana pelatih berbicara dan menulis, dan apa motivasi
pelatih menyampaikan materi tersebut. Apakah fasilitator menerapkan
falsafah mendidik atau hanya sekedar menyampaikan materi. Selain itu,
kredibiltas pelatih juga sangat mempengaruhi peserta. Oleh karena itu,
pelatih juga harus menguasai
“publick speaking” yaitu
bagaimana aberbicara di depan publik secara efektif.
D. PENUTUP
Tujuan
prilaku yang ingin dicapai dalam kegiatan pelatihan adalah tercapainya
perubahan perilaku dari peserta pelatihan. Jadi tujuan perilaku yang disusun
harus berorienasi pada tindakan, orang dan tanggung jawab. Sehingga akhir dari
pelatihan adalah tercapainya tujuan perilaku yang dapat diukur. Untuk mencapai
tujuan perilaku tersebut sangat ditentukan oleh ketersediakab sumber daya yang
layak, layout yang tepat, kemampuan berkomunikasi pelatih, motivasi pelatih dan
peserta.
DAFTAR
PUSTAKA
Bray,
Tony (2009), Training Design Manual :
The complete practical guide to creating effective and successful training
programmes 2nd Edition, London : Kogan Page
|
Departemen
Sosial RI (2006), Laporan
Penyelenggaran Pelatihan Asesmen dan Placement Lanjutan Bagi Petugas Pusat
Informasi dan Pelayanan Rehabilitasi Vokasional Penyandang Cacat,
Cibinong : Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa.
|
Furjanic,
Sheila W. , Trotman, Laurie A. (2000), Turning
Training Into Learning: How to Design and Deliver Programs That Get Results,
New York : American Management Association.
|
Hickerson
dan Middleton. 1975. Helping People Learn: A Module For Trainer. East-West
Centre. Honolulu, Hawai.
|